1
Asuhan Keperawatan (Askep) HERNIA INGUINALIS
Posted by ARie Kurniawan
on
01.51
Nama : Ari Kurniawan
NIM: PO7120010006
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU
Twitter: @KurniawanArie_
canalis
inguinalis
Bendungan vena
NIM: PO7120010006
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU
Twitter: @KurniawanArie_
HERNIA INGUINALIS
a. Pengertian
Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan
ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaannormal tertutup. ( Richard E,
1992 )
Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke
dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 1997)
b. Etiologi
Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :
a. Kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital
b. Anomali Kongenital
c. Sebab yang di dapat
d. Adanya prosesus vaginalis
yang terbuka
e. Peninggian tekanan di dalam
rongga perut
f. Kelemahan dinding perut
karena usia
g. Anulus inguinalis yang cukup
lama
c. Manifestasi Klinis
1. Menangis terus
2. muntah
3. Distensi Abdoman
4. Feses berdarah
5. Nyeri
6. Benjolan yang hilang timbul di
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau megedan dan menghilang
setelah berbaring
7. Gelisah, kadang-kadang perut
kembung
8. Konstipasi
9. Tidak ada flatus
d. Patologi dan patogenesis
Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus
vaginalis janin, suatu penonjolan peritoneum yang berasal dari cincininterna
terbentang ke arah medial serta menuruni setiap kanalis inguinalis.
Setelahmeninggalkan kanalis tersebut pada cincin eksterna, maka prosesus
tersebut pada pria akan berbelok ke bawah memasuki skrotum dan akan membungkus
testis yang sedang berkembang. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum
lahir kecuali pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap
tinggal sebagai suatu kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus
tersebut terbentang mulai dari cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora.
Bagian proximal prosesus vaginalis dapat mengalami kegagalan penutupan sehingga
membentuk suatu kentung hernia dimana viskus abdomaen dapat memasukinya. Bagian
yang tetap terbuka itu dapat membantang ke bawah kadang-kadang hingga ke dalam
kantung testis dan dapat menyatu dengan tunuka vaginalis sehingga bersama-sama
membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia inguinalis terutama sering di temukan pada bayi prematur. Di duga karena lebih sedikitnya
waktu perkembangna di dalam kandungan serta lebih sedikitnya waktu bagi
penutupan seluruh penutupan seluruh prosesus tersebut. Jika testis gagal untuk
turun ( Kriptorkoid ), maka biasanya terdapat kantung hernia yang besar karena
sesuatu telah menghentikan penurunan testis maupan penutupan prosesus
peritoneum tersebut. Anak-anak dengan anomali kongnital terutama yang
melibatkan daerah abdoman bagian bawah, pelvis atau perineum seringmempunyai
hernia inguinalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.
PATHWAY
Proximal prosesus vaginalis
Gagal menutup
Membentuk kantung hernia
Viskus abdomen masuk
Terbuka pindah lokasi à p’ngkatan tek intra
abdomen&kelemahan otot dinding trigonum HasselBach
testis turun keskrotum
Membentang dalam kantung testis menonjol
kebelakang canalis inguinalis
Turun keinguinal
H. Medialis
Vasokontriksi vaskuler
Desakan/teka nan
Nyeri
|
Gg. rasa nyaman nyeri
Menyatu dg. Tunika vaginalis tdk menutupnya prosesus
vaginalis
Vagianalis peritoneum
Hernia lengkap penonjolan
perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior
Jepitan cincin hernia fenikulus
spermatikus H.lateralis à
|
pembesaran inguinal
Heriography
Post Herniography
Dampak anetesi
Gg. fi. Sirkulasi
Hipersalivasi
COP meningkat
TD&HR meningkat
Suplai
O2 berkurang
Gg. perfusi jaringan
Penumpukan sekret
Obs.
Jln nfs
|
Bersihan jln nafas
Udem organ
Jepitan cincin hernia semakin
bertambah àH.Strangulata
Peredaran darah tergangguàisi
hernia nekrosis
Kantung transudat
Usus
Perforasi
Abses lokal
Peritonitis
DAFTAR PUSTAKA
1.
Core Principle and Practice of Medical Surgical
Nursing. Ledmann’s.
2.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica
Aesculaplus FK UI. 1998.
3.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II.
EGC. 2001.
4.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves,
Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi
I. 2002.