0

LP ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR CAVUM NASI/TUMOR HIDUNG

Posted by ARie Kurniawan on 04.18
Nama : Ari Kurniawan
NIM: PO7120010006
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
TUMOR HIDUNG/TUMOR CAVUM NASI

A.   KONSEP DASAR
1.     Definisi Kasus
Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai hidung dan lesi yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum nasi

2. Etiologi
1. Kelainan Kongenital
2. Infeksi
3. Gaya hidup
4. Bahan – Bahan Karsinogenik


3. Gejala Klinis
Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan arah perluasannya.
Gejala hidung:
§  Buntu hidung unilateral dan progresif.
§  Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
§  Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
§  Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
§  Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.

Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
§  Pembengkakan pipi
§  Pembengkakan palatum durum
§  Geraham atas goyah, maloklusi gigi
§  Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.


4. Patofisiologi
Kelainan congenital, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas
(kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel
kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
5. Pemeriksaan Penunjang
-          Foto sinar X:
o   WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus frontal)
o   Tengkorak lateral ( untuk melihat ekstensi ke fosa kranii anterior/medial)
o   RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita)
o   CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)
-          Biopsi:
o   Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak. Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi inferior. Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-Luc. Tumor yang tidak mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Untuk kecurigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa lebih lanjut.

6. Terapi
§  Tumor jinak:
Terapi pilihan adalah pembedahan dengan pendekatan antara lain:
1)          Rinotomi lateral
2)          Caldwell-Luc
3)          Pendekatan trans-palatal
§  Tumor ganas:
1)          Pembedahan
2)          Radiasi
3)          Kemoterapi





B.   KONSEP KEPERAWATAN
1.     Pengkajian Fokus

a.      Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Gejala-gejala khas tergantung ukuran tumor, kegansan dan stadium penyakit, antara lain:
Gejala hidung:
§  Buntu hidung unilateral dan progresif.
§  Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
§  Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
§  Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
§  Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
§  Pembengkakan pipi
§  Pembengkakan palatum durum
§  Geraham atas goyah, maloklusi gigi
§  Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.
Pada tumor ganas didapati gejala sistemik:
§  Penurunan berat badan lebih dari 10 %
§  Kelelahan/malaise umum
§  Napsu makan berkurang (anoreksia)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
§  Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan pembengkakan sesuai lokasi pertumbuhan tumor
§  Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher

b.      Pengkajian Diagnostik:

§  Rinoskopi anterior untuk menilai tumor dalam rongga hidung
§  Rinoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring
§  Foto sinar X:
§  Biopsi:

2.     Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul
a.       Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
b.      Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek radioterapi/kemoterapi.
c.       Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
e.       Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi

3.  Rencana Asuhan

1)         Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.


INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.



2.   Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3.   Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4.   Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.

5.   Kolaborasi pemberian obat sedatif.


6.   Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.


Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.


Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.




2)         Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek radioterapi/kemoterapi.

 


INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Diskusikan dengan klien dan keluarga pengaruh diagnosis dan terapi terhadap kehidupan pribadi klien dan aktiviats kerja.

2.    Jelaskan efek samping dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi yang perlu diantisipasi klien

3.    Diskusikan tentang upaya pemecahan masalah perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat berkaitan dengan penyakitnya.

4.    Terima kesulitan adaptasi klien terhadap masalah yang dihadapinya dan informasikan kemungkinan perlunya konseling psikologis

5.    Evaluasi support sistem yang dapat membantu klien (keluarga, kerabat, organisasi sosial, tokoh spiritual)


6.    Evaluasi gejala keputusasaan, tidak berdaya, penolakan terapi dan  perasaan tidak berharga yang menunjukkan gangguan harga diri klien.


Membantu klien dan keluarga memahami masalah yang dihadapinya sebagai langkah awal proses pemecahan masalah.


Efek terapi yang diantisipasi lebih memudahkan proses adaptasi klien terhadap masalah yang mungkin timbul.

Perubahan status kesehatan yang membawa perubahan status sosial-ekonomi-fungsi-peran merupakan masalah yang sering terjadi pada klien keganasan.

Menginformasikan alternatif konseling profesional yang mungkin dapat ditempuh dalam penyelesaian masalah klien.


Mengidentifikasi sumber-sumber pendukung yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam meringankan masalah klien.

Menilai perkembangan masalah klien.




3)         Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.


INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Lakukan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, masase punggung) dan pertahankan aktivitas hiburan (koran, radio)

2.    Ajarkan kepada klien manajemen penatalaksanaan nyeri (teknik relaksasi, napas dalam, visualisasi, bimbingan imajinasi)

3.    Berikan analgetik sesuai program terapi.

4.    Evaluasi keluhan nyeri (skala, lokasi, frekuensi, durasi)


Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan fokus perhatian klien dari nyeri.



Meningkatkan partisipasi klien secara aktif dalam pemecahan masalah dan meningkatkan rasa kontrol diri/keman-dirian.

Analgetik mengurangi respon nyeri.


Menilai perkembangan masalah klien.


 

4)         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.


INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Dorong klien untuk meningkatkan asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein) dan asupan cairan yang adekuat.

2.    Kolaborasi dengan tim gizi untuk menetapkan program diet pemulihan bagi klien.

3.    Berikan obat anti emetik dan roborans sesuai program terapi.



4.    Dampingi klien pada saat makan, identifikasi keluhan klien tentang makan yang disajikan.

5.    Timbang berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep (ukuran antropometrik lainnya) sekali seminggu

6.    Kaji hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, limfosit total, transferin serum, albumin serum)


Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi status hipermetabolik pada klien dengan keganasan.

Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan secara individual dengan melibatkan klien dan tim gizi bila diperlukan.

Anti emetik diberikan bila klien mengalami mual dan roborans mungkin diperlukan untuk meningkatkan napsu makan dan membantu proses metabolisme.

Mencegah masalah kekurangan asupan yang disebabkan oleh diet yang disajikan.


Menilai perkembangan masalah klien.




Menilai perkembangan masalah klien.


 

5)         Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi

 

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Tekankan penting oral hygiene.


2.    Ajarkan teknik mencuci tangan kepada klien dan keluarga, tekankan untuk menghindari mengorek/me-nyentuh area luka pada rongga hidung (area operasi).

3.    Kaji hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunana fungsi pertahanan tubuh (lekosit, eritrosit, trombosit, Hb, albumin plasma)

4.    Berikan antibiotik sesuai dengan program terapi.


5.    Tekankan pentingnya asupan nutrisi kaya protein sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.

6.    Kaji tanda-tanda vital dan gejala/tanda infeksi pada seluruh sistem tubuh.



Infeksi pada cavum nasi dapat bersumber dari ketidakadekuatan oral hygiene.

Mengajarkan upaya preventif untuk menghindari infeksi sekunder.




Menilai perkembagan imunitas seluler/ humoral.



Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi atau diberikan secara profilaksis pada pasien dengan risiko infeksi.

Protein diperlukan sebagai prekusor pembentukan asam amino penyusun antibodi.

Efek imunosupresif terapi radiasi dan kemoterapi dapat mempermudah timbulnya infeksi lokal dan sistemik.




0 Comments

Posting Komentar

Recent News

Name :
Web URL :
Message :

Webcounters

Copyright © 2009 harmoni jiwa All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.