0
LP ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
Posted by ARie Kurniawan
on
04.20
Nama : Ari Kurniawan
NIM: PO7120010006
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU
3) Integritas ego
NIM: PO7120010006
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
EFUSI PLEURA
A. KONSEP DASAR
1.
Definisi
Kasus
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam
ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C
Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam
ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi
penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.
Klasifikasi
Ada 4 tipe cairan
yang bisa mengisi rongga pleura:
1. Cairan
Serus (Hidrothorax)
2. Hemotoraks (darah
di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
3. Empiema (nanah
di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses
paru menyebar ke dalam rongga pleura.
4.
Kilotoraks (cairan seperti susu
di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening
utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya
tumor.
3. Etiologi
Dalam keadaan
normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura
(pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus
paru-paru). Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda:
1.
Efusi Transudat dapat disebabkan oleh
biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Seperti
kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites
(oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma
meig.
2.
Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi,
TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi, penyakit kolagen. Kanker,
tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura
eksudativa.
3.
Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh
adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
4.
Tanda dan Gejala
1.
Adanya
timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2.
Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3.
Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Gejala yang paling sering
ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya)
adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk
jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak
menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- batuk
- pernafasan yang cepat
- nyeri perut.
5.
Patofisiologi
Didalam
rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan
pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya
cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi,
perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal
jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologik (Rontgen
dada)
Torakosentesis / pungsi pleura
Analisis cairan pleura
Biopsi pleura
CT
Scan thoraks
7.
Penatalaksanaan
q Tujuan pengobatan adalah untuk
menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk
menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
q Torasentesis dilakukan untuk
membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan disneu.
q Bila penyebab dasar malignansi,
efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis
berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang
pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada
dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
q Agen yang secara kimiawi mengiritasi,
seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang
pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
q Pengobatan lainnya untuk efusi
pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi
diuretic.
B.
KONSEP
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Fokus
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas
ataupun istirahat
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia,
irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi
3) Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4) Makanan/cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/
infus
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area
terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang
sakit, perilaku distraksi
6) Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk,
riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot
aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan
fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea
terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan
dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan
(area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
2.
Diagnosa Keperawatan yang Sering
Muncul
1. Pola napas tidak efektif b.d
penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal,
nyeri/ansietas, proses inflamasi.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor
biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d
proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan aturan pengobatan
3. Rencana
Asuhan
1. Pola napas tidak efektif b.d
penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal,
nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori,
gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan pola napas
normal/efektif dng GDA normal
-
Bebas sianosis dan tanda gejala
hipoksia
Intervensi :
*
Identifikasi etiologi atau factor
pencetus
*
Evaluasi fungsi pernapasan (napas
cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
*
Auskultasi bunyi napas
*
Catat pengembangan dada dan posisi
trakea, kaji fremitus.
*
Pertahankan posisi nyaman biasanya
peninggian kepala tempat tidur
*
Bila selang dada dipasang :
a.
periksa pengontrol penghisap, batas
cairan
b. Observasi gelembung udara botol
penampung
c.
Klem selang pada bagian bawah unit
drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e.
Catat karakter/jumlah drainase
selang dada.
*
Berikan oksigen melalui kanul/masker
2. Nyeri dada b.d factor-faktor
biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-
Pasien mengatakan nyeri
berkurang atau dapat dikontrol
-
Pasien tampak tenang
Intervensi :
*
Kaji terhadap adanya nyeri, skala
dan intensitas nyeri
*
Ajarkan pada klien tentang manajemen
nyeri dengan distraksi dan relaksasi
*
Amankan selang dada untuk membatasi
gerakan dan menghindari iritasi
*
Kaji keefektifan tindakan penurunan
rasa nyeri
*
Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d
proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau
henti napas
Kriteria hasil :
-
Mengenal kebutuhan/mencari bantuan
untuk mencegah komplikasi
-
Memperbaiki/menghindari lingkungan
dan bahaya fisik
Intervensi :
*
Kaji dengan pasien tujuan/fungsi
unit drainase, catat gambaran keamanan
*
Amankan unit drainase pada tempat
tidur dengan area lalu lintas rendah
*
Awasi sisi lubang pemasangan selang,
catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan
*
Anjurkan pasien menghindari
berbaring/menarik selang
*
Observasi tanda distress pernapasan
bila kateter torak lepas/tercabut.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang
kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pemahaman tentang
masalahnya
-
Mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
*
Kaji pemahaman klien tentang
masalahnya
*
Identifikasi kemungkinan
kambuh/komplikasi jangka panjang
*
Kaji ulang praktik kesehatan yang
baik, nutrisi, istirahat, latihan
*
Berikan informasi tentang apa yang
ditanyakan klien
*
Berikan reinforcement atas usaha
yang telah dilakukan klien .
DAFTAR
PUSTAKA
- Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
- Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
- Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
- Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
- Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
- Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
- Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
- Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.
Posting Komentar